“Habiskan, jangan menyia-nyiakan makananmu!” Dahulu orang tua saya sering mengatakan
demikian. Mungkin Anda juga sama dahulu.
Tak begitu mengerti akan perkataan mereka, saya menurut
saja. Bagi otak seorang anak kecil kala itu, menyia-nyiakan makanan berarti engkau menyalakan api
kemarahan orang tuamu.
Mengapa? Sebab, semakin mundur zaman,
semakin sulit makanan diperoleh. Setidaknya untuk orang tua saya yang hidup
setelah masa penjajahan. Apalagi jaman kakek nenek kita. Semakin galak tentunya mereka terhadap makanan. Itu keyakinan saya dahulu setelah beberapa kali mendengar ayah
saya bercerita tentang betapa harus bersabarnya ia memakan serangga suatu
waktu karena tak ada makanan di rumah. Atau, ia tidak mendapat jatah makanan
bila nasi jagung di piringnya jatuh ke lantai tanah.
Kurang lebih dua puluh tahun kemudian,
saya menjadi lebih mengerti mengapa membuang-buang makanan adalah perihal yang
salah. Juga yang wajib kita ajarkan kepada anak-anak kita. Untuk masa
depan kita dan mereka.
|
Dok. Pribadi |
Mari kita berbicata data sedikit. Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO) PBB menyatakan bahwa 1,3 milyar ton makanan disia-siakan di
seluruh dunia. Padahal, masih terdapat 800 juta jiwa di seluruh dunia yang
menderita kelaparan.
Pertanyaannya, “kemanakah perginya
semua makanan tersebut?” Yang, ini sangat miris, sesungguhnya setara dengan
sepertiga produksi makanan di seluruh dunia! Anda bisa bayangkan bagaimana keadaan
seungguhnya “teman-teman” sajian di meja makanan kita.
Bila ditelusuri lebih
jauh, di negara berkembang, sebagian besar bahan makanan lenyap saat pasca
panen diakibatkan kekurangan fasilitas penyimpanan yang memadai, jalan-jalan
yang bagus untuk distribusi, dan…alat pembeku. Sedangkan untuk negara maju,
makanan disia-siakan lebih banyak di rantai suplai saat pelaku ritel memesan,
menyajikan, atau memajang terlalu banyak. Selain itu juga, konsumen di sana
mengabaikan sisa makanan di dalam kulkas atau membuang makanan mudah basi
sebelum kadaluarsa. Dan yang paling menyedihkan adalah, bahan sayuran dan
buah-buahan ditolak di toko karena bentuknya yang ‘jelek’. Jadi, dua jenis
negara ini sama saja bermasalahnya. Bagaimana dengan jenis negara ketiga (baca : negara miskin)?
Boro-boro makan secara rutin dan bergizi!
Menyia-nyiakan makanan seungguhnya
berdampak buruk bagi lingkungan kita. Memproduksi makanan-makanan yang tidak
dikonsumsi, sama saja dengan menyia-nyiakan air, pupuk, pestisida, bahan bakar,
bibit, waktu, dan lahan yang dibutuhkan untuk menumbuhkannya. Di Planet dengan
sumber daya terbatas, dan perkiraan tambahan penduduk sebanyak dua milyar dalam
2050, penyia-nyian ini sungguh mengkhawatirkan bagi masa depan.
|
Foto Dok. Pribadi |
Berbicara tentang memberikan makanan
bagi lebih dari sembilan milyar manusia itu artinya kita harus meningkatkan
produksi makan minimal sekitar 80 persen. Namun pada kenyataannya, pertanian dianggap
sebagai salah satu ancaman nyata terbesar bagi keberlangsungan planet kita.
Bila merujuk data-data, bahawa sektor ini bertanggung jawab atas penggunaan 70
persen air bersih, 80 persen penebangan hutan tropis dan subtropis di dunia,
dan 30 persen emisi gas rumah kaca dari sisi buatan manusia.
Saya kira kita membutuhkan solusi
nyata. Berikut adalah beberapa kiat sederhana yang
dapat menjadi solusi. Dimulai dari diri kita dan keluarga. Saya kumpulkan dari
berbagai sumber. Dan kami pun maih terus belajar konsisten menjalankannya.
Ambillah makanan di piring Anda
dengan porsi seba sedikit. Lebih aman, bila kurang setelah habis di piring
silahkan ambil kembali.
Santap makanan sisa di meja makan secara teratur
pada satu malam setiap pekan.
Manfaatkan makanan sisa. Membekukan
atau mengalengkan/mengemas makanan yang berlebih.Olah buah-buahan yang sudah
‘kurang cantik’ dengan blender, untuk dijadikan minuman.
Usahakan tidak membuang makanan yang
dalam pengadaannya menghabiskan banyak air seperti…..daging!
Beli makanan segar di pasar petani
lokal.
kala di restoran, bawa pulang siswa
makanan Anda.
Mungkin Anda punya kiat lainnya?
Silahkan berbagi.
Mari kita didik generasi
selanjutnya dan diri kita sendiri untuk tidak menyia-nyiakan makanan.
“Jangan menyia-nyiakan makananmu Nak!”
Semoga bermanfaat.
Maaf bila ada khilaf.
(Diolah dari berbagai sumber)